sobat

Sobat hidup tidaklah semudah dan seindah yang kita bayangkan, tidak akan ada yang mengeri kita seperti kita mengerti diri kita sendiri. Lihatlah mataku penuh dengan tatapan harapan dan kebahagian, namun di belakangku sudah menunggu kesedihan dan kesengsaraan. Berhentilah mengeluh dan merengek, agar kesedihan dan kesengsaraan yang telah mengantri tuk dihampiri tidak akan lama tinggal dalam kita. Kabarkan kebaikan, keceriaan, dan senyuman, cepat-cepatlah simpan kesedihan, hisap dan ludahkanlah hal-hal buruk yang terpikirkan.GBU

cerpen CINTA TANAH AIR



Saat ini aku yang sedang merantau jauh dari keramain ibukota dan tinggal selama beberapa hari di kesunyian kota kecil di Indonesia timur. Aku sedang menikmati indahnya alam dan udara yang masih segar jadi teringat lagu yang dulu sering di putar di TVRI sesaat sebelum barakhirnya acara televisi.
“Tanah airku tidak terlupakan kan terkenang sepanjang hidupku walaupun saya pergi jauh tidak kan hilang dari kalbu, tanah air ku yang kucintai engkau ku hargai...” kira-kira seperti itulah syairnya.

Saat ini pikiranku benar – benar bersih dari segala macam keduniawian yang biasa aku dengarkan dari gurauan - gurauan teman sekantor ataupun tetangga dimana para pemimpin negara selalu jadi objek yang ejekan. Bagaiman tidak karena merekalah negara kita tidak bisa berkembang dengan sebagaiman mestinya, para koruptor dengan santai menggunakan uang yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan rakyat malah jadi rebutan untuk kepentingan pribadi. Dan yang lebih menyedihkan mereka yang sudah terbuki bersalah perlihatkan mimik muka tanpa penyesalan sambil tersenyum dengan santai masuk ke mobil untuk dipindahkan dari ruang sidang ke rumah tahanan sambil melambaikan tangan.

Tetapi saat ini dimana aku bisa bersandar di bawah pohon kelapa sambil menikmati sejuknya angin laut yang bebas polusi, kulihat indahnya air laut yang biru bersih tanpa sampah dan indahnya pasir putih yang halus membentang sejauh mata memandang membuatku sangat mencintai tanah airku.
Para penduduk yang berjualan disini juga berhati bersih, mereka tidak memanfaatkan pengunjung luar pulau seperti aku dengan menjual barang dagangannya dengan harga yang lebih tinggi. Sayangnya pantai yang indah ini sepi pengunjung mungkin karna penduduk lokal sudah bosan dan mereka lebih suka jalan-jalan di mall, tapi bagiku inilah kenikmatan sejati dimana kanan kiri adalah sesuatu yang alami.

Sambil sesekali menyeruput kelapa muda yang aku beli aku hirup udara dalam – dalam mengharap udara yang aku hirup nantinya akan bisa aku bawa pulang ke tempat asalku. Beberapa menit melamun aku lihat seorang nelayan turun dari perhunya dan membawa dua ekor lobster ukuran lumayan besar dan beberapa ekor ikan tuna, dia berlarian kecil menghampiriku dan menawarkan bawaannya. Kala itu dia mematok harga seratus ribu rupiah untuk 2 ekor lobsternya, tanpa pikir panjang aku pun membelinya karna harga sangat murah menurutku kalau di Jakarta aku membeli per ekor dengan harga dua ratus ribu rupiah.

Gak beberapa lama datanglah penjual kelapa muda untuk menawarkan dengan gratis bakar lobsternya di tempat aku duduk duduk santai, yup masih tetap di bawah pohon kelapa. Hmm... Kesenanganku makin bertambah. Cara membakarnya unik lobster di cuci lalu dipotong menjadi dua dan dimasukan ke dalam kulit kers kelapa dan dibakar dengan kulit kelapa yang sudah kering tanpa di kasih bumbu. Dan setelah matang aku cicipi lobster yang masih panas “hhmmmm...” gak sangka rasanya jauh lebih enak dari yang pernah aku makan sebelumnya.
Matahari perlahan terbenam dan saatnya aku kembali ke penginapan.

Begitulah ceritaku bagaimana ceritamu...?



BAHAGIAKAN ORANG

Baru beberapa langkah beranjak dari loket keluar pantai kakiku tiba-tiba berhenti, sejenak kupandang seorang balita menangis dengan keras di pangkuan seorang ibu di depan rumah sederhananya yang beratap daun pinang dan berlantai tanah. Hatiku tergerak untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi, dan langkah kakiku dengan sigap melangkah untuk menghampiri. “Aku tanya kenapa dedeknya nangis...?” dengan meneteskan air mata sang ibu menjawab “udah dua hari ini demam dan tak kunjung berhenti”.
Tanpa basa basi aku ajak mereka naik mobilku dan aku antar ke rumah sakit, di perjalanan terdengar tangisan lirih seorang ibu aku gak tahu itu dikarenakan apa dan aku gak berani bertanya takut kalau malah menyakiti hatinya. Sesampai di rumah sakit dokter jaga UGD dengan sigap meraih balita yang masih di gendong ibunya untuk diperiksa, ternyata si balita udah demam tinggi hampir 40 derajat celcius.
Dengan sigap balita tersebut di telanjangi dan tidurkan di lantai lalu di siram dengan alkohol, tidak tega memang melihatnya tapi kata dokter itu jalan tercepat sebelum nantinya dia step. Sambil menunggu hasil periksa dokter aku bertanya dengan ibunya “bu... nama adeknya siapa ya?”, dengan senyum ikhlas ibunya menjawab “oh iya... nama anak saya Sitorus dan saya sendiri namanya ibu Deby” dan aku mengenalkan diri “nama saya Nadine...bu”.
Ibu Deby berterima kasih sampai beberapa kali karna sudah dua hari ini anaknya demam tapi gak berani bawa ke dokter karna gak ada uang untuk berobat.
Selang beberapa lama dokter memberitahu kalau Sitorus demam karna asupan makan dan gizinya kurang dan dokter memberi resep untuk tebus obat di apotik. Setelah tebus obat mereka aku ajak mereka makan di restoran, aku lihat Sitorus makannya sangat lahap dan ibu Deby tersenyum penuh kasih padaku. Sambil makan ibu Deby cerita kalau suaminya seorang nelayan dan penghasilannya sangat kurang dua bulan ini di karenakan cuaca yang kurang bersahabat dan harga jual ikan hasil tangkapannya di hargai murah oleh tengkulak jadinya kita makan dengan apa adanya dan di cukup-cukupkan.
Aku menawarkan pekerjaan ke ibu Deby kalau mau menempati rumahku yang kosong untuk dirawatnya, tanpa pikir panjang ibu Deby mengiyakan dan terlihat gembira. Karna udah malam aku antarkan mereka pulang dan di dalam rumah ada bapak nelayan yang tadi siang aku beli lobsternya, ibu Deby menceritakan kejadian siang tadi dan bapak Jefta istri ibu Deby berulang ulang mengucapkan terima kasih padaku dan nanti kalau dia dapat lobster lagi mau di kasih ke aku gratis janjinya.

Setelah tinggal beberapa lama di rumahku aku jenguk mereka dan wow... betapa kagetnya aku rumah yang sebelumnya berantakan dan kotor kini jadi bersih dan hijau karna di tanami beberapa pohon. Mereka lebih gemuk dari sebelumnya, dan sitorus terlihat sehat lincah dan lebih gemuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan Komentar yang Bermutu